Selasa, 13 April 2010

Pengantongan Pupuk Akhir Tahun

PIM Optimis Menyambut 2010

Teks : Fauzi Djamal
Foto : Roni Mawardi


Kegembiraan dan keceriaan jelas terlihat di raut wajah para karyawan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM). Malam itu, mereka merasakan kembali suasana pengantongan akhir tahun setelah lima tahun terhenti pelaksanaannya. Tepat pukul 23.55 WIB pada hari Kamis 31 Desember 2009, para operator pabrik tampak kian sibuk bersiap-siap menyambut pergantian tahun. Deru mesin di tengah malam jadi pertanda pabrik sudah beroperasi selama setahun penuh.


Dengan atribut lengkap seperti helm, sarung tangan, dan masker udara, para operator pabrik bergegas menyiapkan perlengkapan demi kelancaran prosesi pengantongan akhir tahun. Jelang detik-detik pergantian tahun, jajaran direksi PIM memimpin pengantongan akhir tahun 2009 dan pengantongan awal tahun 2010. Gemuruh tepuk tangan pun mengiringi suasana pengantongan sebagai ungkapan rasa syukur.


Direktur Utama PIM Mashudianto mengakui momentum pengantongan akhir tahun 2009 memang terasa sangat istimewa. Pasalnya sejak tahun 2004 PIM terpaksa mengurangi produksinya akibat terhentinya pasokan gas. Ketiadaan gas sebagai bahan baku utama pupuk membuat PIM tidak mampu beroperasi secara maksimal. Alhasil produksi pupuk pun minim.


Beragam cara dilakukan manajemen PIM agar pabrik bisa beroperasi kembali. Salah satu cara dengan meminta pasokan gas dari sesama BUMN pupuk seperti PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) dan PT Pupuk Kaltim (PKT). Usaha itu membuahkan hasil di tahun 2005. Kala itu, PKT memberikan bantuan suplai gas kepada PIM setara 3 kargo LNG. Namun bantuan itu hanya cukup memenuhi 25% kebutuhan PIM akan gas. Meski jumlahnya relatif kecil tapi bisa membuat pabrik PIM berproduksi lagi.

“Pengantongan akhir tahun 2009 sangat bermakna bagi PIM. Inilah tonggak awal kebangkitan PIM setelah mengalami kesulitan pasokan gas. Alhamdulillah di tahun 2009 kami bisa memenuhi kebutuhan gas sehingga pabrik bisa beroperasi setahun penuh. Sebelumnya, hal ini tidak bisa dilakukan karena pabrik hanya bisa beroperasi maksimal selama 6 bulan,” kata Mashudianto sesuai acara pengantongan akhir tahun di Lhokseumawe, Aceh.

Momentum ini, lanjut dia, sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Di dalam diri karyawan timbul semangat dan kegairahan untuk terus bekerja karena PIM sudah bangkit yang ditandai kemampuan produksi selama setahun penuh. Moral dan spirit karyawan juga ikut terdongkrak setelah melihat pabrik beroperasi lagi.

Produksi naik



Hingga akhir tahun 2009, PIM telah memperoleh pasokan gas sebanyak 5,45 kargo LNG. Jumlah ini mampu mengaktifkan satu dari dua pabrik yang dimiliki untuk berproduksi selama setahun penuh. Sedangkan total produksi pupuk urea sebanyak 447.182 ton atau 79,01% dari target 566.000 ton dan pupuk amoniak sebanyak 317.973 ton atau 90,58% dari target sebesar 351.000 ton.

Menurut Mashudianto, belum tercapainya target produksi pupuk tahun 2009 disebabkan pasokan gas yang tidak lancar sehingga turut mempengaruhi jumlah produksi. Namun bila dibandingkan, capaian produksi tahun 2009 jauh lebih tinggi daripada produksi sejak tahun 2006 hingga tahun 2008 yang hanya mencapai 200-250 ribu ton pupuk urea dan 150-160 ribu ton amoniak.

“Kami optimis di tahun 2010 kinerja PIM lebih baik lagi dan growth-nya makin bagus. Karena kami sudah mendapatkan jaminan pasokan gas dari pemerintah sebanyak 11 kargo setara LNG yaitu 6 kargo berasal dari ExxonMOI dan KPS Kalimantan Timur sedangkan 5 kargo sisanya dari Blok Tangguh yang merupakan pengalihan penjualan dari Sempra Energy. Jumlah ini mampu menggerakkan dua pabrik yang kami miliki sehingga produksi urea bisa mencapai 1 juta ton dan 636 ribu ton amoniak,” tandas Mashudianto.

Ia pun menegaskan, PIM sudah mendapat jaminan pasokan gas dari pemerintah hingga tahun 2012. Untuk kebutuhan gas tahun 2011, PIM akan memperoleh gas sebanyak 11 kargo setara LNG dan di tahun 2012 sebanyak 12 kargo setara LNG. Setelah tahun 2012, PIM akan memperoleh pasokan gas dari Blok A milik Medco EP Malaka yang kontraknya sudah ditandatangani sejak bulan Desember 2007.


“Dengan beroperasinya dua pabrik secara optimal di tahun 2010, kami mengincar pendapatan sebesar Rp3,5 triliun dengan laba bersih sekitar Rp300 miliar. Hingga akhir tahun 2009, pendapatan PIM mencapai Rp1,3 triliun. Angka ini relatif sama dibandingkan tahun 2008. Sedangkan dana capital expenditure 2010 sebesar US$10 juta yang berasal dari kas internal. Penggunaan dana di antaranya untuk perawatan dan pemeliharaan mesin pabrik,” ujar Mashudianto.


Proyeksi 2010


Setelah yakin mendapatkan jaminan gas di tahun 2010, PIM akan melebarkan distrubusi penyaluran pupuk tidak hanya Aceh melainkan menjangkau hingga Sumatera Utara, Riau, dan
Jambi. Wilayah itu, ungkap Mashudianto, awalnya menjadi tanggung jawab Pusri namun mulai tahun depan secara bertahap PIM akan melakukan distribusi pupuk di wilayah tersebut.

Mulai tahun 2010, PIM juga akan mengembangkan pupuk organik bekerjasama dengan PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I). Keduanya sepakat mendirikan pabrik pupuk organik berkapasitas 30 ribu ton per tahun yang diberi nama Ima Nusa Organik dengan nilai investasi sebesar Rp48,89 miliar. Pembangunan pabrik sudah dimulai dan tengah memasuki tahap konstruksi.

Rencana strategis lainnya, urai Mashudianto, PIM berencana membangun pabrik NPK mulai tahun 2010. Upaya ini ditempuh guna memenuhi kebutuhan pupuk NPK yang terus meningkat tiap tahunnya. Apalagi beberapa BUMN pupuk seperti PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang dan PKT telah terlebih dahulu memproduksi NPK dan sukses memasarkannya.
***

* Majalah BUMN Track Edisi Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar