Senin, 26 April 2010

SHS Incar Pendapatan Non Inti

Teks : Fauzi Djamal
Foto : Andries Sembiring

Gerakan menanam pohon ternyata tidak hanya membuat lingkungan menjadi hijau dan asri melainkan juga mampu memberikan keuntungan ekonomis. Setidaknya inilah yang dirasakan PT Sang Hyang Seri (Persero) ketika memulai gerakan menanam 10.000 pohon di wilayah Sukamandi, Subang, Jawa Barat pada tahun 2004.

Selama kurun waktu hampir lima tahun, PT Sang Hyang Seri (SHS) telah berhasil menanam lebih dari 165 ribu tanaman dengan berbagai jenis di antaranya pohon jati, mahoni, sukun, sirsak, sawo, serta melinjo. Dari gerakan menanam pohon, SHS pun mengincar pendapatan tambahan sekitar Rp80 miliar. Angka ini berasal dari penjualan kayu pohon jati dan mahoni.

Direktur Utama PT SHS Eddy Budiono menuturkan saat ini SHS sudah menanam lebih dari 15.000 pohon jati dan 13.000 pohon mahoni sejak tahun 2004. Jumlah ini akan terus bertambah hingga tahun 2012. Jika satu pohon jati dan mahoni diasumsikan seharga Rp500 ribu maka dapat diperkirakan memperoleh pendapatan tambahan sekitar Rp80 miliar.

Eddy mengakui tidak menyediakan dana khusus untuk menanam pohon jati dan mahoni. Sebab biaya menanam pohon diambil dari dana rutin perawatan lahan tanaman benih padi. Jumlahnya pun tidak terlalu besar sekitar Rp10.000 per pohonnya. Meski begitu, manfaat yang dihasilkan sangat besar.

“Dampak positif menanam pohon sudah bisa dirasakan secara langsung manfaatnya. Bagi kami, menanam pohon tidak sebatas penghijauan saja tetapi bermanfaat juga untuk memberikan batas dan pengamanan wilayah, sebagai penahan angin dan yang terpenting dapat menjadi penghalang mutasi hama dari satu areal ke areal lainnya. Selain itu, tanaman juga dapat menjadi tempat berteduh bagi para petani. Jadi gerakan menanam pohon sudah memberikan multiplayer effect yang besar,” ungkap Eddy.

Ia menambahkan, upaya pengembangan tanaman jati dan mahoni diharapkan mampu menjadi bisnis sampingan di luar bisnis inti sebagai penyedia benih padi dan holtikultura. Selain jati dan mahoni, SHS juga mengembangkan tanaman sukun yang memiliki nilai ekonomi sebagai substitusi bahan makanan. Sukun juga sangat dianjurkan pemerintah untuk ditanam mengingat dapat diolah menjadi tepung, bahan mie, dan bahan makanan lainnya sebagai pengganti gandum.

Hampir tiap tahun, SHS selalu menggelar acara menanam pohon. Seperti yang terjadi pada Selasa, 15 Desember 2009. Seluruh karyawan beserta jajaran direksi dan komisaris turut terlibat aktif menanam pohon di wilayah Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Beragam jenis tanaman seperti sukun, jati, dan mahoni berhasil ditanam di atas areal seluas 3000 hektar.

“Kami akan terus menanam. Targetnya setiap tahun harus menanam minimal 10.000 pohon. Saat ini sudah tertanam lebih dari 165 ribu tanaman. Lima tahun mendatang diharapkan jumlah tanaman bisa mencapai lebih dari 300 ribu tanaman mengingat areal kami di Sukamandi masih tersedia lahannya,” jelas Eddy.

Ekspor hibrida

Ketika disinggung mengenai progres ekspor benih padi hibrida, Eddy mengungkapkan rencana itu tetap berjalan dan dimulai dilaksanakan pada awal tahun 2010. Adapun negara tujuan ekspor adalah Filipina dan Bangladesh. Kontrak pembelian benih sudah diperoleh tinggal melakukan proses pengiriman saja. Ke depan, SHS berharap bisa menjual benih padi hibrida ke India dan China.

Menurut dia, meski jumlah yang diekspor masih relatif kecil, sekitar 100 ton benih padi hibrida, namun upaya itu harus dimaknai sebagai bentuk kemampuan Indonesia dalam memproduksi padi hibrida. “Kita juga harus bangga produk Indonesia bisa diterima dan digunakan di luar negeri. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kebanggaan dan kepercayaan petani Indonesia bahkan benih produksi mereka telah digunakan petani luar negeri sehingga dapat mendorong minat anak-anak muda untuk mau menggeluti dunia pertanian,” papar Eddy.

Ekspor benih, tambahnya, juga membuktikan benih padi hibrida buatan SHS memiliki kualitas yang bagus sehingga mampu menembus pasar mancanegara. Namun Eddy menegaskan, rencana ekspor benih padi hibrida dilakukan setelah mempertimbangkan kebutuhan dalam negeri.

Saat ini, SHS telah mengembangkan sembilan jenis varietas baru benih hibrida yang lebih tahan terhadap hama penyakit dengan produktivitas yang tinggi. Di antara SL8SHS, SL11SHS, DG1SHS, dan DG2SHS. Eddy mengaku, pengembangan benih hibrida dilakukan bersama-sama dengan produsen benih internasional seperti Devgen dari Belgia, SL Agritech dari Filipina, dan Boshima dari China.
Langkah ini ditempuh agar terjadi alih teknologi dalam produksi benih. Selain itu, benih padi lokal unggulan juga dapat dilestarikan. “Sebab dalam setiap kerjasama, kami selalu menginginkan agar benih lokal ikut dibudidayakan. Yang terpenting, kami memperoleh ilmu dan teknologi dari produsen benih luar negeri dan mampu mengembangkannya secara mandiri. Kami pun sudah mendirikan breeding center yang berfungsi sebagai pusat riset pengembangan benih hibrida,” tegas Eddy.

Ia memprediksi kebutuhan padi hibrida di Indonesia akan makin terus meningkat jumlahnya. Karenanya SHS telah membuat langkah antisipati dengan membangun breeding center dan perluasan areal pengembangan uji tanam padi hibrida. Tujuannya agar produksi benih padi hibrida SHS terus bertambah memenuhi kebutuhan pasar.

“Saat ini, penggunaan padi hibrida di Indonesia masih di bawah 10% padahal di luar negeri seperti China, Thailand, dan Vietnam jumlahnya sudah mencapai 50%. Khusus Indonesia, daerah yang paling banyak menggunakan padi hibrida adalah Jawa Timur disusul Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah. Bahkan untuk wilayah Jawa Barat, penggunaan padi hibrida masih kecil padahal produsennya berada di Jawa Barat,” seloroh Eddy.

Hingga akhir tahun 2009, SHS baru bisa memproduksi benih padi hibrida sebanyak 2000 ton. Jumlah ini akan meningkat dua kali lipat menjadi 4500 ton pada tahun 2010. Meski begitu, kebutuhan pasar benih padi hibrida diperkirakan lebih dari 4500 ton karenanya SHS juga bekerjasama dengan produsen benih lokal lainnya untuk memenuhi kebutuhan benih padi hibrida.

*Majalah BUMN Track Edisi Januari 2010



Target Wisatawan Perlu Dukungan BUMN

Sapta Nirwandar
Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata


Penetapan tahun 2009 sebagai Visit Indonesia Year berbuah manis. Pasalnya jumlah kunjangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia hingga akhir tahun 2009 sudah mencapai 6.459.665 orang atau meningkat sebesear 0,4% dibandingkan kunjungan wisman tahun 2008 yang mencapai 6.429.027 orang. Kini tahun 2010 sudah di depan mata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pun optimis jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia mencapai 7 juta orang.

Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar mengaku telah menyiapkan strategi guna mendongkrak jumlah kunjangan wisman di tahun 2010. Kepada Fauzi Djamal, Supriyanto Pirngadi, dan Roni Mawardi dari BUMN Track, ia menuturkan beragam upaya peningkatan jumlah wisman dengan kegiatan promosi pemasaran yang intensif dan komprehensif. Berikut ini petikan wawancara dengan pria yang dinobatkan sebagai Marketer of the Year 2009 versi MarkPlus Inc dan Indonesia Marketing Association (IMA), pada awal Desember 2009 di ruang kerjanya.

Bagaimana evaluasi kegiatan pariwisata hingga kuartal III-2009?
Bila dilihat perkembangannya, pariwisata kita antara tahun 2008 hingga 2009 masih positif bahkan meningkat sekitar 1,07% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu peningkatannya 4,5% sedangkan sekarang mencapat 4,6%. Jadi ada peningkatan sekitar 1% lebih akumulasinya. Kami harap akan mencapai target 6,4 juta orang. Kenaikan satu persen ini sudah cukup baik terutama di pasar Asean apalagi jika dibandingkan dengan Singapura yang turun sebesar 9%. Pertumbuhan pariwisata di Asia hanya 3 yang positif yaitu Indonesia, Malaysia dan Korea. Artinya Indonesia selama ini masih dinilai positif.

Faktor yang mendorong kenaikan?

Pertama, karena Indonesia dianggap cukup baik secara ekonomi dan politik. Faktor kedua adalah keamanan yang dianggap kondusif. Berikutnya adalah faktor destinasi seperti Bali, dan Yogyakarta yang mengalami pertumbuhan. Bahkan Jakarta pun bisa dijadikan sebagai destinasi untuk bisnis dan meeting.

Apakah faktor eksternal seperti wabah penyakit turut mempengaruhi kunjungan wisman?
Masalah wabah penyakit seperti flu babi sebetulnya tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata kita. Oleh karena itu yang penting kita harus memberikan informasi seakurat mungkin. Jika ada kasus penyakit flu babi segera ditangani secepat mungkin. Tujuannya untuk memberikan dampak yang positif kepada wisatawan supaya tidak takut datang ke Indonesia. Bahkan jika diperlukan kita harus melakukan tindakan preventif dengan memberikan informasi untuk meyakinkan bahwa Indonesia serius dalam menangani masalah tersebut.

Selain wabah penyakit masalah keamanan juga mempengaruhi tingkat kunjungan wisman. Namun ia mengaku bersyukur dampak bom di Hotel Ritz Calton dan JW Marriott yang terjadi pada Juli 2009 tidak seperti bom Bali 2002 yang turut menghancurkan industri pariwisata. Penanganan dan pengungkapan kasus bom juga turut mempercepat pemulihan industri pariwisata.

Setidaknya ini terlihat dari data pada Januari-Juli 2009 secara komulatif jumlah kunjungan wisman mencapai 3.558.887 orang atau tumbuh 2,56% dibandingkan periode yang sama tahun 2008 sebesar 3.469.968 orang. Sementara itu wisman dari Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Perancis, Australia, dan Cina mengalami kenaikan signifikan hingga dua digit. Misalnya wisman dari Australia, pada Januari-Juli tercatat sebanyak 267.227 orang atau naik sebesar 24,99%.

Kemenbudpar pun bersama pelaku bisnis dan stakeholder pariwisata lainnya akan lebih ofensif meningkatkan target kunjungan wisman. Promosi pariwisata fokus membidik pasar Rusia, China, India, dan Timur Tengah, di samping tetap memainkan pasar Singapura, Malaysia, Australia, Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat.

Strategi yang diterapkan menggunakan new wave marketing yaitu teknik promosi wisata secara efektif yang menyesuaikan dengan bujet atau investasi. Reorientasi juga dilakukan terhadap pasar domestik. Maksudnya dilakukan spesialisasi produk pariwisata yang lebih terfokus pada pengunjung berusia muda. Diharapkan dapat diterapkan model low cost high impact.

Bagaimana strategi pemasaran pariwisata untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisman?
Kami setidaknya menyiapkan lima strategi meningkatkan jumlah wisatawan. Pertama, strategi yang bersifat vertikal. Artinya kita memanfaatkan dana sebesar-besarnya untuk advertising atau iklan. Berikutnya adalah fokus kepada pelayanan komunitas dan prodak. Hal ini lebih efektif karena kita dapat memperkenalkan produk yang cocok kepada pasarnya sehingga lebih fokus.

Singkatnya, kita memilih negara mana saja yang berpotensi mendatangkan wisatawan ke Indonesia. Terhadap mereka, kita fokus menawarkan produk-produk yang digeamari dan layak dipasarkan di negara tersebut. Misalnya di Singapura ada komunitas China, Melayu, India, dan ekspatriat. Keempat komunitas ini berbeda-beda keinginanya. Ada yang lebih tertarik pada golf, tempat wisata bahari, tempat belanja, dan sebagainya. Kepada masing-masing komunitas itu, pemasaran pariwisata disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Biasanya kalangan ekspatriat ingin berwisata belanja maka Jakarta bisa menjadi salah satu pilihan.

Pendekatan komunitas olah raga juga diterapkan. Misalnya, di Jepang ada komunitas diving yang anggotanya sangat besar. Terhadap mereka, kita menawarkan wisata bahari yang cocok digunakan untuk diving seperti kepulauan Raja Ampat, di Papua maupun laut Bunaken di Sulawesi Utara (Sulut). Kita juga fasilitasi kepada swasta untuk menjual dagangannya ke pusat-pusat perbelanjaannya. Artinya kita turun ke pasar. Di samping itu kita bekerja sama dengan airlines, hotel dan lainnya. Nah strategi ini yang disebut dengan strategi co-marketing.

Strategi lainnya?
Yang ketiga, akses one to one marketing. Artinya kita membawa pengusaha pariwisata untuk bertemu partnernya di luar negeri. Langkah ini dinilai lebih fokus dan targetnya juga jelas. Selain itu, produknya juga harus disesuaikan dengan selera pasarnya. Strategi tersebut lumayan efektif, sebab dengan biaya yang minim bisa maksimal, apalagi yang dibidik adalah komunitas. Meskipun tidak menyeluruh, tapi jika pola itu dilakukan ke berbagai banyak segmen maka akan terakumulasi sehingga jumlahnya akan banyak pada akhirnya. Untuk new comers atau wisman yang baru ingin datang ke Indonesia dilakukan melalui image dan produk promosional.

Jika ingin mau lebih tajam lagi promosinya diperlukan keseimbangan antara country image dengan produk destinasi dan services promotion. Namun saat ini porsi promosi komunitas lebih banyak karena lebih mudah cara mengukurnya. Strategi keempat, melalui tindakan public relation (PR) atau juga disebut news value. Caranya dengan dua hal yaitu aktivitas budaya yang menggandeng pelaku budaya dan aktivitas kunjungan. Terakhir, memperkuat perwakilan di luar negeri untuk menggiatkan promosi pariwisata. Untuk itu diperlukan komitmen yang tinggi dari perwakilan di luar negeri.

Bagaimana peran BUMN dalam mendukung datangnya para wisatawan?
BUMN punya peran penting, setidaknya BUMN yang terkait dengan pariwisata. Misalnya dalam aspek pelayanan di bandara atau di pelabuhan. Kedua tempat itu harus membuat bagaimana wisatawan merasa nyaman dan tidak kapok datang ke Indonesia. Sebab salah satu daya tarik pariwisata terletak pada pengelolaan bandara. Karenanya Angkasa Pura dan Pelindo harus lebih meningkatkan kualitas pelayanannya.

Berikutnya adalah transportasi misalnya Garuda, Merpati, Pelni, serta Kereta Api. Aspek pelayanan perlu ditingkatkan dengan memberikan pelayanan ekstra kepada para wisatawan. Peran Pelni juga perlu didorong untuk menjangkau wisatawan domestik. Karena selama ini kita lebih fokus kepada wisatawan luar.

Sapta berpendapat Visit Indonesia Year 2009 yang mengambil tema mice and marine telah memenuhi target dan hasilnya pun sangat menggembirakan. Salah satu indikatornya adalah suksesnya perhelatan World Ocean Conference di Manado, Sulut pada Mei 2009. Kegiatan yang diikuti 121 negara itu mendorong beragam kegiatan wisata bahari di Sulut berkembang pesat. Terbukti hingga kini paket-paket wisata bahari seperti diving, surfing, fishing, yachting, cruising, snorkeling, dan water-skiing makin banyak dijual dan diminati.

Di tahun 2010, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata ingin mengulang kesuksesan dengan mencanangkan program Tahun Kunjungan Museum. Program ini memiliki peranan strategis sebagai wahana pengguat program revitalisasi museum dan meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bangsa. Diharapkan terjadi juga peningkatan jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara.

Prospek pariwisata di tahun 2010?
Untuk 2010 kelima strategi di atas akan tetap dilakukan cuma akan ada beberapa yang diperkuat, yaitu di sektor maritim dan kebudayaan, serta promosi juga akan semakin diperkuat. Kami juga harus meningkatkan dan mengembangkan produk pariwisata. Produknya jangan itu-itu saja supaya tidak bosan. Berikutnya adalah peningkatan pelayanan, baik di tempat tujuan wisata maupun lainnya.

Jika semua pelayanan bagus pasti akan menimbulkan memori yang baik di setiap diri wisatawan. Nantinya mereka akan menjadi agent of promotion untuk Indonesia. Karena pelayanan yang buruk akan menimbulkan mouth promotion yang negatif. Berikutnya adalah kemudahan untuk mengakses informasi agar memudahkan para wisatawan baik dalam bentuk brosur, on line atau lainnya. Peningkatan ini juga termasuk pelayanan SDM juga harus ditingkatkan.

Ke depannya kita berharap mudah-mudahan ada penerbang yang langsung bisa ke Indonesia karena memudahkan wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Kesimpulannya untuk 2010, saya optimis ada positif growth meskipun angka pertumbuhannya belum bisa menembus angka 2 digit.

*Majalah BUMN Track Edisi Januari 2010

Rabu, 21 April 2010

Kepedulian PIM Bantu Sesama

Teks : Fauzi Djamal, Andries S
Foto : Roni Mawardi, Andries S


Meskipun mengalami kesulitan berproduksi akibat terputusnya pasokan gas tidak membuat PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) lalai akan tanggung jawab sosialnya. Di tengah segala keterbatasan, PIM turun tangan membantu meringkankan beban masyarakat yang tertimpa bencana musibah banjir. Setidaknya inilah yang terjadi di kawasan Pantee Geulima, kecamatan Meureudu, kabupaten Pidie Jaya, Aceh.

Melalui aksi tanggap darurat, PIM menurunkan tenaga relawan maupun bantuan alat berat untuk membersihkan kotoran maupun puing-puing sisa banjir bandang yang terjadi pada 20 Desember 2009. Bantuan berupa obat-obatan, bahan makanan, serta pakaian turut pula diberikan PIM kepada sekitar 250 kepala keluarga.

Menurut Direktur SDM dan Umum PIM Fauzi Yusuf, selang dua hari setelah musibah banjir menimpa Meureudu pihaknya langsung menerjunkan tim relawan untuk membantu evakuasi korban. Bantuan alat-alat berat juga dikerahkan untuk membersihkan endapan lumpur yang menerjang rumah warga maupun badan jalan desa.

Penggunaan alat berat, lanjut dia, mutlak diperlukan mengingat ketinggian endapan lumpur akibat banjir mencapai 40 centimeter ditambah lagi puing-puing bangunan maupun pepohonan yang terbawa arus banjir. Ditegaskan Fauzi, bantuan kemanusiaan yang diberikan merupakan bentuk kepedulian PIM guna meringankan beban penderitaan korban banjir.

Bangun sekolah

Selain membantu korban bencana alam, PIM juga berpartisipasi dalam membantu pendidikan di Aceh. Aksi ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan gedung sekolah SMP yang berada di dusun Bate Pila, kecamatan Nisam Antara, kabupaten Aceh Utara. Diungkapkan Kepala Departemen Kemitraan dan Bina Lingkungan PIM Syukri A Gani, bantuan pembangunan gedung sekolah bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Aceh.


“Kami menyadari pasca konfik senjata antara pemerintah dengan GAM dan musibah bencana alam gempa bumi dan tsunami, sarana dan prasarana pendidikan terutama bangunan sekolah banyak yang rusak, roboh, bahkan hancur sehingga proses belajar mengajar menjadi terganggu. Karenanya PIM berinisiatif memberikan bantuan sarana pendidikan. Langkah ini pun bertepatan dengan upaya pemerintah yang melakukan percepatan rehabilitiasi dan rekonstruksi pembangunan di Aceh,” kata Syukri.

Diakui Syukri, rencana pembangunan sekolah tidak bisa dilakukan sendiri oleh PIM mengingat keterbatasan dana yang dimiliki. Dana kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) PIM tidak pernah bertambah karena sejak tahun 2004 produksi PIM menurun drastis sehingga mengalami kerugian. Otomatis tidak ada penyisihan laba bersih untuk kegiatan PKBL.

Solusinya, lanjut dia, PIM menggandeng Pusri selaku holding pupuk untuk bersama-sama membangun gedung sekolah. Apalagi di antara sesama BUMN pupuk telah terbentuk kelompok kerja (pokja) PKBL yang berfungsi mensinergikan program PKBL antar BUMN pupuk. “Kami juga ingin menggugah jiwa sosial BUMN. Sebab pasca tsunami dan konflik bersenjata banyak NGO asing yang berlomba-lomba membangun sekolah maupun fasiltas sosial lainnya di Aceh. Tapi mengapa BUMN khususnya BUMN yang berada di Aceh tidak turut berpartisipasi membangun Aceh. Kami pun mengusulkan agar BUMN pupuk membangun sekolah di Aceh dan PIM siap menjadi koordinatornya,” tegas Syukri.

Berbekal semangat itu, imbuh dia, usulan PIM untuk membangun sekolah disetujui. Sinergi pun terjalin di antara BUMN pupuk untuk membangun sekolah. Selain PIM dan Pusri, ikut bergabung pula PKT, Pupuk Kujang, Petrokimia Gresik serta PT Rekayasa Industri. Masing-masing perusahaan ikut menyumbangkan dana untuk pembangunan sekolah.

Diungkapkan Syukri, pola pembangunan terbagi menjadi dua tahap yaitu pembangunan fisik gedung sekolah yang terdiri dari 6 ruangan kelas dan guru serta pembangunan sarana fasilitas gedung seperti pagar, lapangan olah raga, mushola serta ruang penjaga sekolah. Total pembangunan menelan biaya sebesar Rp1,571 miliar sedangkan pembangunannya dimulai sejak bulan April hingga Agustus 2009.

“Pembangunan tahap I sudah selesai. Bahkan gedung sekolah telah resmi digunakan untuk proses belajar mengajar siswa SMP. Serah terima sekolah dilakukan pada 26 November 2009 oleh BUMN pupuk kepada Bupati Aceh Utara. Mulai tahun 2010, kami berencana melaksanakan pembangunan tahap II dan ditargetkan rampung pertengahan tahun,” ujar Syukri bangga.

Bantu gempa


Selain di Aceh, PIM juga menunjukkan kepedulian dengan membantu korban gempa di daerah Tasikmalaya yang terjadi pada bulan September 2009. Bantuan yang diserahkan berupa 1000 tas sekolah dan buku tulis kepada murid-murid yang menjadi korban gempa tersebut. Bantuan diserahkan di lima lokasi yang menjadi korban gempa, diantaranya Tasikmalaya, Pengalengan, dan Cianjur. Di Tasikmalaya sendiri bantuan diserahkan ke sekolah SDN Sukamulya Kecamatan Sodonghilir, Tasikmalaya. Sebanyak 300 tas sekolah dan buku tulis diserahkan kepada pengurus sekolah setempat.

Jajang Iskandar, salah satu guru yang juga merupakan pengurus PGRI setempat, mengatakan sebanyak 250 orang lebih siswa menjadi korban gempa di daerah Sodonghilir. Gempa tersebut menyebabkan hancurnya gedung sekolah dan juga menyebabkan rusaknya berbagai fasilitas pendukung seperti buku-buku pelajaran. Murid-murid sekolah yang menjadi korban gempa juga kehilangan alat-alat tulis dan buku-buku pelajaran. Bantuan ini dirasakan sangat membantu dan diharapkan dapat meningkatkan kembali kemauan anak-anak murid yang menjadi korban setelah sebelumnya sempat kehilangan semangat karena gempa tersebut.

*Majalah BUMN Track Edisi Januari 2010



PKT Bangun Boiler Batubara


Teks : Fauzi Djamal
Foto : Roni Mawardi, Dok. PT Pupuk Kaltim


Sebagai langkah antisipasi kekurangan pasokan bahan baku gas bumi, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) memulai pembangunan utilitas boiler batubara atau unit penghasil uap bertekanan tinggi dari batu bara. Upaya ini akan menggantikan gas sebagai sumber energi untuk pabrik sekaligus bahan baku pupuk.

Pemancangan pembangunan dilakukan oleh Direktur Utama PKT Hidayat Nyakman bersama Direktur Utama PT Inti Karya Persada Tehnik (IKPT) Muchsin Idrus selaku kontraktor utama, Senin (7/12), di Tanjung Harapan, Bontang, Kalimantan Timur. Proyek boiler ini akan dibangun dengan kapasitas produksi 2x220 T/jam dan berada di atas lahan seluas 3,6 hektar. Waktu pelaksanaan EPC proyek diperkirakan selesai dalam 20 bulan dengan dana investasi sebesar US$111 juta. Boiler batubara ini juga akan menjadi salah satu unit pendukung Kaltim-5 yang akan segera dibangun.

Dijelaskan Hidayat, boiler adalah salah satu unit pendukung yang berfungsi menghasilkan uap air tekanan tinggi atau steam yang dibutuhkan sebagai penggerak turbin dan kebutuhan operasional pabrik. Selama ini, sumber energi untuk boiler di pabrik menggunakan gas bumi. Namun seiring dengan makin terbatasnya jaminan pasokan gas bumi, maka PKT mencoba menggunakan batubara sebagai energi alternatif.

Hal ini, lanjut dia, sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong pemanfaatan batubara sebagai pengganti gas bumi. Biaya produksi steam dengan batubara juga telah terbukti lebih efisien dibandingkan gas bumi.

Hidayat mengungkapkan PKT telah memperhitungkan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari pengolahan batubara ini. Karenanya, PKT akan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dengan menggunakan teknologi CFB (Circulated Fluidized Bed), baik itu dalam proses produksi steam maupun penyimpanannya.

Untuk penyimpanan, PKT menggunakan teknologi Coal Dome Storage yang berbentuk kubah setengan lingkaran sehingga debu batubara tidak akan beterbangan kemana-mana. Begitu pula untuk pengangkutan dari atas ponton atau barge yang menggunakan sistem Continuous Barge Unloader (CBU) yang dapat meminimalkan debu sehingga tidak mencemari lingkungan maupun industri disekitarnya.

Kepala Departemen Humas PT PKT Tedy Nawardin menambahkan satu boiler batu bara setara dengan empat unit serupa yang memerlukan gas sebanyak 27 juta metrik standar kaki kubik per hari. Batu bara yang dipakai berjenis rendah kalori, yakni 4.200 kilokalori per kilogram, yang mudah didapat. Batu bara berkadar kalori tinggi lebih banyak diekspor.

Tedy memastikan pembangunan unit itu menggunakan teknologi ramah lingkungan. Batu bara disimpan dalam ruang berkubah setengah lingkaran agar debu tidak beterbangan. Pengangkutan batu bara dari dermaga ke tempat penyimpanan memakai alat yang mencegah debu beterbangan.

*Majalah BUMN Track Edisi Januari 2010

Jumat, 16 April 2010

Pupuk Kujang Produksi Granular 100.000 Ton




Teks : Fauzi Djamal

Foto : Dok. PT Pupuk Kujang


Pasokan pupuk NPK nasional dipastikan terus bertambah seiring beroperasinya pabrik pupuk NPK Granular milik PT Pupuk Kujang (Persero). Pabrik pupuk yang berlokasi di Kawasan Industri Kujang Cikampek ini berkapasitas 100 ribu ton per tahun dan menelan investasi sebesar Rp55 miliar.


Direktur Utama PT Pupuk Kujang Aas Asikin Idat menuturkan proses pembangunan pabrik lebih cepat dua bulan dari jadwal yang ditentukan yakni sekitar 14 bulan terhitung dari 23 April 2008 hingga bulan Juli 2009. Teknologi yang digunakan berupa steam granulation dengan bahan baku terdiri dari urea, ZA, MAP, DAP, phosphate rock, KCl, ZK, micronutrient, organics, serta filler.


Pabrik ini, lanjut dia, dibangun dengan pola swakelola oleh perseroan yang melibatkan pemasok peralatan dari China serta didukung sub kontraktor lokal. Pihaknya juga menangani sendiri manajemen proyek dan terlibat aktif sejak masa desain hingga konstruksi pabrik. Ia pun memastikan kualitas produk dan kinerja pabrik terawasi dengan baik. Pembangunan pabrik melibatkan 30 karyawan PT Pupuk Kujang dan 350 orang sub kontraktor dengan total jam kerja proyek tanpa kecelakaan 447.854 jam.


Peresmian pabrik dilakukan Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Rabu 23 Desember 2009, di Cikampek, Jawa Barat. Turut hadir pula jajaran direksi BUMN pupuk seperti PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), PT Pupuk Kaltim (PKT), dan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).


Diungkapkan Aas, pupuk NPK Granular merupakan produk diversifikasi selain pupuk urea, ammonia, dan organik. Upaya diversifikasi dilakukan mengingat ketersediaan bahan baku utama yaitu urea yang jumlahnya cukup besar sekitar 1,14 juta ton per tahun. Selain NPK Granular, pabrik yang dimiliki Pupuk Kujang di antaranya 2 unit pabrik urea berkapasitas 570 ribu ton per tahun, 2 unit pabrik ammonia berkapasitas 330 ribu ton per tahun, dan 1 unit pabrik NPK Blending berkapasitas 300 ribu ton per tahun.


Pasok perkebunan


“Kami menyadari kebutuhan NPK di Indonesia tiap tahun terus meningkat. Di tahun 2009, kebutuhan pupuk NPK sebesar 1,4 juta ton dan mencapai 12,29 juta ton pada tahun 2015. Bahkan di tahun 2025 jumlahnya diprediksi mencapai 23,20 juta ton. Untuk itu, kami akan menambah kapasitas pabrik secara berkala. Mulai tahun 2010 hingga 2011, kapasitas pabrik akan bertambah 2x100 ribu ton sehingga pada awal tahun 2012 kemampuan produksi akan menjadi 300 ribu ton per tahun,” papar Aas.


Pupuk Kujang berencana memasarkan NPK Granular pada sektor perkebunan dan holtikultura di wilayah Jawa Barat, Sumatera, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat. Lokasi pabrik yang berada di Jawa Barat membawa keuntungan tersendiri dan sangat strategis mengingat berada di tengah-tengah sentra pertanian yang besar di Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai sentra tanaman pangan dan holtikultura serta dekat pula dengan Sumatera dan Kalimantan sebagai senta perkebunan kelapa sawit.


Aas menilai pupuk NPK Granular lebih diminati oleh perkebunan sebab lebih cocok dalam aplikasinya di perkebunan dan lebih homogen kandungan unsur haranya. Beberapa konsumen pengguna NPK produksi Pupuk Kujang di antaranya PT Perkebunan Nusantara VII dan VIII, PT Rajawali Nusantara Indonesia II, dan PT Perkebunan Bunga Mayang serta perkebunan sawit PT Perkebunan Nusantara III, IV, V, VI, PT Golden Hope dan PT Bandar Sawtit Utama.


Ditambahkan Aas, daerah pemasaran pupuk NPK tidak diatur oleh pemerintah terkecuali pupuk urea bersubsidi yang diatur melalui mekanisme rayonisasi sesuai peraturan Menteri Perdagangan No.07/M-DAG/PER/2009. Saat ini, Pupuk Kujang memasarkan pupuk urea bersubsidi kepada 23 kabupaten kota yang berada di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Tengah bagian utara. Sedangkan pupuk urea non subsidi dipasarkan ke sektor perkebunan dan industri tanpa dibatasi rayonisasi.


Regionalisasi


Sementara itu, Menteri BUMN Mustafa Abubakar menginginkan agar BUMN pupuk lebih banyak memproduksi pupuk NPK demi memenuhi kebutuhan petani. Langkah ini diperlukan guna mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk urea. Selain itu, penggunaan pupuk majemuk seperti NPK bagi petani lebih menguntungkan karena dari sisi teknis lebih efisien dan mampu meningkatkan hasil produksi pertanian 30-40 persen lebih banyak ketimbang pupuk urea tunggal.



“Tentu perlu tahapan. Ada dinamika yang berjalan, petani secara perlahan diajak beralih dari penggunaan urea ke pupuk majemuk. Setelah itu, diarahkan ke pupuk organik. Kalau sudah siap, kita akan pakai pupuk organik yang lebih sehat,” jelas Mustafa.


Namun ia melihat adanya kebingungan di kalangan petani terkait pasokan NPK. Ia mencontohkan, petani dan pekebun di Sulawesi Selatan kerap mendapatkan NPK dari dua produsen yang berbeda yaitu Pupuk Kujang dan PKT. Sebaiknya, distribusi NPK dilakukan berdasarkan daerah produksinya. Ia pun meminta agar PKT yang lebih dekat ke Sulawesi Selatan untuk meramu komposisi NPK yang disesuaikan dengan struktur tanah di Sulawesi Selatan.


Mustafa berharap Pusri selaku holding bisa melakukan pengaturan distribusi pupuk NPK melalui penetapan regionalisasi pemasaran. Pembagiannya bisa berupa wilayah Jawa, Sumatera, serta kawasan timur Indonesia dan disesuaikan dengan lokasi pabrik NPK. Saat ini ada tiga BUMN pupuk yang memproduksi NPK yaitu Pupuk Kujang, Petrokimia Gresik, dan PKT.


“Regionalisasi pupuk NPK sangat menguntungkan sebab ada efisiensi teknis dan kemudahan transportasiKalau ini bisa berjalan sangat baik maka akan terjadi peningkatkan nilai teknis dan ekonomis yang akan didapat melalui regionalisasi,” tandas Mustafa.


*Majalah BUMN Track Edisi Januari 2010

Selasa, 13 April 2010

Suplai Gas Lancar, Pabrik PIM Beroperasi Setahun Penuh


Teks : Fauzi Djamal
Foto : Roni Mawardi


Pengalaman pahit tahun 2005 berupa terputusnya pasokan gas dari ExxonMobil membuat PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) gencar melakukan terobosan untuk mendapatkan gas. Berbagai upaya pencarian dan negosiasi mendapatkan gas yang dilakukan perseroan bertujuan agar kedua pabrik PIM bisa beroperasi lagi. Kini manajemen PIM sudah bisa bernapas lega karena tambahan pasokan gas sudah pasti diraih.

Direktur Utama PIM Mashudianto mengatakan, pihaknya telah menandatangani kontrak pasokan gas dengan ExxonMOI untuk mendapatkan pasokan gas setara 1 kargo Liquefied Natural Gas (LNG) yang merupakan kargo ke-6 untuk produksi Desember 2009 sampai Februari 2011. Penandatangan kontrak dilaksanakan pada Jumat, 4 Desember 2009, di Bandung, Jawa Barat. Turut menyaksikan penandatanganan itu Kepala BP Migas R Priyono.

“Kontrak itu bermakna PIM telah melengkapi pasokan gas sebanyak 6 kargo setara LNG sehingga 1 unit pabrik bisa beroperasi selama setahun penuh mulai Januari hingga Desember 2009. Sebelumnya di tahun 2008, 1 unit pabrik hanya bisa beroperasi selama 6 bulan. Ini sungguh prestasi yang membanggakan. Kami pun akan merasakan kembali acara pengantungan pupuk akhir tahun setelah beberapa tahun tidak bisa melakukannya,” tutur Mashudianto sambil tersenyum.

Ia pun bercerita betapa ketatnya persaingan mendapatkan gas. Walaupun PIM sudah memperoleh prioritas pembelian gas dari BP Migas namun pihaknya tidak boleh menunggu melainkan harus aktif mendekati operator LNG. “Buktinya, tanggal 4 Desember 2009 kontrak ditandatangani, besoknya gas langsung habis padahal sebelumnya masih tersisa beberapa kargo. Jika telat tanda tangan niscaya PIM tidak memperoleh gas,” pungkasnya serius.

Gerilya gas

Beroperasinya pabrik selama setahun penuh seakan menjadi momentum kebangkitan bagi produsen pupuk yang berpusat di Lhokseumawe, Aceh ini. Pasalnya sejak tahun 2005, PIM tidak bisa beroperasi penuh karena pasokan gas terhenti. Akibatnya kinerja perusahaan menurun dan turut mempengaruhi roda perekonomian daerah. Bahkan kebutuhan pupuk di wilayah Aceh dan sekitarnya terpaksa harus dipasok dari PT Pusri dan PT Pupuk Kaltim (PKT).

Namun manajemen PIM tak pantang menyerah. Beragam cara ditempuh untuk mendapatkan gas. Walhasil PIM hanya mendapatkan 3 kargo LNG atau 25% dari kebutuhan. Padahal untuk menghidupi dua pabrik PIM dibutuhkan 12 kargo LNG atau 110 MMSCFD tiap tahunnya. Artinya, PIM masih kekurangan pasokan gas dan terancam tidak bisa berproduksi lagi.

Kelangsungan hidup PIM dipertaruhkan. Pemerintah pun turun tangan menyelesaikannya. Akhirnya, pada Desember 2007, PIM berhasil mengikat kontrak perjanjian jual beli gas dengan Medco EP Malaka untuk mendapatkan gas sebanyak 110 MMSCFD dari lapangan gas Blok A yang berada di Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Namun, kepastian penyaluran gas baru bisa diterima PIM pada triwulan II tahun 2012.

Untuk kebutuhan gas jangka pendek, PIM terus bergerilya mencari pasokan gas. Kondisi ini berlangsung sejak tahun 2005-2008. Ironisnya, gas yang didapatkan PIM selalu melalui mekanisme swap (pengalihan), salah satunya dari KPS Kalimantan Timur. Meski begitu, jumlahnya terus mengalami peningkatan. Tahun 2009, mulai ada perbaikan. PIM telah mendapatkan pasokan gas 6 kargo LNG sehingga 1 unit pabrik bisa beroperasi selama setahun penuh.

Blok A

Untuk tahun 2010, jelas Mashudianto, PIM membutuhkan 11 kargo LNG untuk bisa meningkatkan produksinya. Komitmen gas pun sudah diperoleh dari pemerintah yaitu 6 kargo dari ExxonMOI dan KPS Kalimantan Timur serta 5 kargo dari Blok Tangguh yang merupakan pengalihan penjualan ke Sempra Energy.

“PIM membelinya dengan harga US$5 per mmbtu sedangkan gas dari Blok Tangguh harganya masih dibicarakan dengan BP Migas. Jika PIM berhasil memperoleh kepastian 11 kargo LNG, produksi urea tahun 2010 ditargetkan mencapai satu juta ton. Sedangkan target produksi urea secara nasional sebesar 7,3 juta ton,” ujar Mashudianto.

Ia pun optimis kedua pabrik PIM akan beroperasi secara penuh mulai tahun depan. Apalagi, tahun 2012 PIM sudah mendapat komitmen pasokan gas dari BP Migas sebanyak 12 kargo LNG. Ini berarti, PIM sudah bisa memproduksi pupuk urea dan amoniak secara rutin dan kontinyu.

“Tahun 2012 lapangan gas Blok A juga sudah mulai berproduksi dan PIM pasti menerimanya. Jika PIM telah beroperasi secara normal maka program ketahanan pangan semakin terjamin dan kawasan industri petrokimia di Lhokseumawe menjadi semakin subur dan dapat menarik para investor menanamkan modalnya di Aceh. Dalam jangka panjang, PIM juga mampu berkontribusi pada laju pertumbuhan ekonomi Aceh mengingat dua BUMN lainnya yaitu PT Asean Aceh Fertilizer (AAF) dan PT Kertas Kraft Aceh (KKA) belum juga beroperasi,” papar Mashudianto.

Sambil menunggu Blok A berproduksi, tambahnya, PIM juga telah mengusulkan untuk pemanfaatan terminal LNG Arun sebagai receiving terminal. Tujuannya untuk menampung LNG dan akan mengubahnya menjadi gas. Untuk itu diperlukan sarana tambahan berupa regasification heater dan pipa penyaluran gas.

Langkah ini terkait dengan rencana BP Migas untuk mengalihkan 50% atau 1,85 juta ton penjualan LNG Tangguh ke Amerika untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Rencananya, gas itu akan digunakan untuk kebutuhan pembangkit listrik dan pabrik pupuk.

“Kami akan mengajak Pertamina untuk bekerjasama mewujudkan rencana ini. Sebab keberadaannya mampu menghidupkan industri petrokimia di Aceh mengingat di sana terdapat pabrik AAF, KKA, pembangkit listrik, dan dua pabrik PIM. Pasokan gas bisa diperoleh dari mana saja termasuk juga pengalihan LNG Tangguh dari Amerika ke domestik. Saya berharap rencana ini bisa segera terwujud,” tandas Mashudianto. ***

* Majalah BUMN Track Edisi Januari 2010

Pengantongan Pupuk Akhir Tahun

PIM Optimis Menyambut 2010

Teks : Fauzi Djamal
Foto : Roni Mawardi


Kegembiraan dan keceriaan jelas terlihat di raut wajah para karyawan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM). Malam itu, mereka merasakan kembali suasana pengantongan akhir tahun setelah lima tahun terhenti pelaksanaannya. Tepat pukul 23.55 WIB pada hari Kamis 31 Desember 2009, para operator pabrik tampak kian sibuk bersiap-siap menyambut pergantian tahun. Deru mesin di tengah malam jadi pertanda pabrik sudah beroperasi selama setahun penuh.


Dengan atribut lengkap seperti helm, sarung tangan, dan masker udara, para operator pabrik bergegas menyiapkan perlengkapan demi kelancaran prosesi pengantongan akhir tahun. Jelang detik-detik pergantian tahun, jajaran direksi PIM memimpin pengantongan akhir tahun 2009 dan pengantongan awal tahun 2010. Gemuruh tepuk tangan pun mengiringi suasana pengantongan sebagai ungkapan rasa syukur.


Direktur Utama PIM Mashudianto mengakui momentum pengantongan akhir tahun 2009 memang terasa sangat istimewa. Pasalnya sejak tahun 2004 PIM terpaksa mengurangi produksinya akibat terhentinya pasokan gas. Ketiadaan gas sebagai bahan baku utama pupuk membuat PIM tidak mampu beroperasi secara maksimal. Alhasil produksi pupuk pun minim.


Beragam cara dilakukan manajemen PIM agar pabrik bisa beroperasi kembali. Salah satu cara dengan meminta pasokan gas dari sesama BUMN pupuk seperti PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) dan PT Pupuk Kaltim (PKT). Usaha itu membuahkan hasil di tahun 2005. Kala itu, PKT memberikan bantuan suplai gas kepada PIM setara 3 kargo LNG. Namun bantuan itu hanya cukup memenuhi 25% kebutuhan PIM akan gas. Meski jumlahnya relatif kecil tapi bisa membuat pabrik PIM berproduksi lagi.

“Pengantongan akhir tahun 2009 sangat bermakna bagi PIM. Inilah tonggak awal kebangkitan PIM setelah mengalami kesulitan pasokan gas. Alhamdulillah di tahun 2009 kami bisa memenuhi kebutuhan gas sehingga pabrik bisa beroperasi setahun penuh. Sebelumnya, hal ini tidak bisa dilakukan karena pabrik hanya bisa beroperasi maksimal selama 6 bulan,” kata Mashudianto sesuai acara pengantongan akhir tahun di Lhokseumawe, Aceh.

Momentum ini, lanjut dia, sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Di dalam diri karyawan timbul semangat dan kegairahan untuk terus bekerja karena PIM sudah bangkit yang ditandai kemampuan produksi selama setahun penuh. Moral dan spirit karyawan juga ikut terdongkrak setelah melihat pabrik beroperasi lagi.

Produksi naik



Hingga akhir tahun 2009, PIM telah memperoleh pasokan gas sebanyak 5,45 kargo LNG. Jumlah ini mampu mengaktifkan satu dari dua pabrik yang dimiliki untuk berproduksi selama setahun penuh. Sedangkan total produksi pupuk urea sebanyak 447.182 ton atau 79,01% dari target 566.000 ton dan pupuk amoniak sebanyak 317.973 ton atau 90,58% dari target sebesar 351.000 ton.

Menurut Mashudianto, belum tercapainya target produksi pupuk tahun 2009 disebabkan pasokan gas yang tidak lancar sehingga turut mempengaruhi jumlah produksi. Namun bila dibandingkan, capaian produksi tahun 2009 jauh lebih tinggi daripada produksi sejak tahun 2006 hingga tahun 2008 yang hanya mencapai 200-250 ribu ton pupuk urea dan 150-160 ribu ton amoniak.

“Kami optimis di tahun 2010 kinerja PIM lebih baik lagi dan growth-nya makin bagus. Karena kami sudah mendapatkan jaminan pasokan gas dari pemerintah sebanyak 11 kargo setara LNG yaitu 6 kargo berasal dari ExxonMOI dan KPS Kalimantan Timur sedangkan 5 kargo sisanya dari Blok Tangguh yang merupakan pengalihan penjualan dari Sempra Energy. Jumlah ini mampu menggerakkan dua pabrik yang kami miliki sehingga produksi urea bisa mencapai 1 juta ton dan 636 ribu ton amoniak,” tandas Mashudianto.

Ia pun menegaskan, PIM sudah mendapat jaminan pasokan gas dari pemerintah hingga tahun 2012. Untuk kebutuhan gas tahun 2011, PIM akan memperoleh gas sebanyak 11 kargo setara LNG dan di tahun 2012 sebanyak 12 kargo setara LNG. Setelah tahun 2012, PIM akan memperoleh pasokan gas dari Blok A milik Medco EP Malaka yang kontraknya sudah ditandatangani sejak bulan Desember 2007.


“Dengan beroperasinya dua pabrik secara optimal di tahun 2010, kami mengincar pendapatan sebesar Rp3,5 triliun dengan laba bersih sekitar Rp300 miliar. Hingga akhir tahun 2009, pendapatan PIM mencapai Rp1,3 triliun. Angka ini relatif sama dibandingkan tahun 2008. Sedangkan dana capital expenditure 2010 sebesar US$10 juta yang berasal dari kas internal. Penggunaan dana di antaranya untuk perawatan dan pemeliharaan mesin pabrik,” ujar Mashudianto.


Proyeksi 2010


Setelah yakin mendapatkan jaminan gas di tahun 2010, PIM akan melebarkan distrubusi penyaluran pupuk tidak hanya Aceh melainkan menjangkau hingga Sumatera Utara, Riau, dan
Jambi. Wilayah itu, ungkap Mashudianto, awalnya menjadi tanggung jawab Pusri namun mulai tahun depan secara bertahap PIM akan melakukan distribusi pupuk di wilayah tersebut.

Mulai tahun 2010, PIM juga akan mengembangkan pupuk organik bekerjasama dengan PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I). Keduanya sepakat mendirikan pabrik pupuk organik berkapasitas 30 ribu ton per tahun yang diberi nama Ima Nusa Organik dengan nilai investasi sebesar Rp48,89 miliar. Pembangunan pabrik sudah dimulai dan tengah memasuki tahap konstruksi.

Rencana strategis lainnya, urai Mashudianto, PIM berencana membangun pabrik NPK mulai tahun 2010. Upaya ini ditempuh guna memenuhi kebutuhan pupuk NPK yang terus meningkat tiap tahunnya. Apalagi beberapa BUMN pupuk seperti PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang dan PKT telah terlebih dahulu memproduksi NPK dan sukses memasarkannya.
***

* Majalah BUMN Track Edisi Januari 2010