Teks : Fauzi Djamal, Andries S
Foto : Roni Mawardi, Andries S
Meskipun mengalami kesulitan berproduksi akibat terputusnya pasokan gas tidak membuat PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) lalai akan tanggung jawab sosialnya. Di tengah segala keterbatasan, PIM turun tangan membantu meringkankan beban masyarakat yang tertimpa bencana musibah banjir. Setidaknya inilah yang terjadi di kawasan Pantee Geulima, kecamatan Meureudu, kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Melalui aksi tanggap darurat, PIM menurunkan tenaga relawan maupun bantuan alat berat untuk membersihkan kotoran maupun puing-puing sisa banjir bandang yang terjadi pada 20 Desember 2009. Bantuan berupa obat-obatan, bahan makanan, serta pakaian turut pula diberikan PIM kepada sekitar 250 kepala keluarga.
Menurut Direktur SDM dan Umum PIM Fauzi Yusuf, selang dua hari setelah musibah banjir menimpa Meureudu pihaknya langsung menerjunkan tim relawan untuk membantu evakuasi korban. Bantuan alat-alat berat juga dikerahkan untuk membersihkan endapan lumpur yang menerjang rumah warga maupun badan jalan desa.
Penggunaan alat berat, lanjut dia, mutlak diperlukan mengingat ketinggian endapan lumpur akibat banjir mencapai 40 centimeter ditambah lagi puing-puing bangunan maupun pepohonan yang terbawa arus banjir. Ditegaskan Fauzi, bantuan kemanusiaan yang diberikan merupakan bentuk kepedulian PIM guna meringankan beban penderitaan korban banjir.
Bangun sekolah
Selain membantu korban bencana alam, PIM juga berpartisipasi dalam membantu pendidikan di Aceh. Aksi ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan gedung sekolah SMP yang berada di dusun Bate Pila, kecamatan Nisam Antara, kabupaten Aceh Utara. Diungkapkan Kepala Departemen Kemitraan dan Bina Lingkungan PIM Syukri A Gani, bantuan pembangunan gedung sekolah bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Aceh.
“Kami menyadari pasca konfik senjata antara pemerintah dengan GAM dan musibah bencana alam gempa bumi dan tsunami, sarana dan prasarana pendidikan terutama bangunan sekolah banyak yang rusak, roboh, bahkan hancur sehingga proses belajar mengajar menjadi terganggu. Karenanya PIM berinisiatif memberikan bantuan sarana pendidikan. Langkah ini pun bertepatan dengan upaya pemerintah yang melakukan percepatan rehabilitiasi dan rekonstruksi pembangunan di Aceh,” kata Syukri.
Diakui Syukri, rencana pembangunan sekolah tidak bisa dilakukan sendiri oleh PIM mengingat keterbatasan dana yang dimiliki. Dana kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) PIM tidak pernah bertambah karena sejak tahun 2004 produksi PIM menurun drastis sehingga mengalami kerugian. Otomatis tidak ada penyisihan laba bersih untuk kegiatan PKBL.
Solusinya, lanjut dia, PIM menggandeng Pusri selaku holding pupuk untuk bersama-sama membangun gedung sekolah. Apalagi di antara sesama BUMN pupuk telah terbentuk kelompok kerja (pokja) PKBL yang berfungsi mensinergikan program PKBL antar BUMN pupuk. “Kami juga ingin menggugah jiwa sosial BUMN. Sebab pasca tsunami dan konflik bersenjata banyak NGO asing yang berlomba-lomba membangun sekolah maupun fasiltas sosial lainnya di Aceh. Tapi mengapa BUMN khususnya BUMN yang berada di Aceh tidak turut berpartisipasi membangun Aceh. Kami pun mengusulkan agar BUMN pupuk membangun sekolah di Aceh dan PIM siap menjadi koordinatornya,” tegas Syukri.
Berbekal semangat itu, imbuh dia, usulan PIM untuk membangun sekolah disetujui. Sinergi pun terjalin di antara BUMN pupuk untuk membangun sekolah. Selain PIM dan Pusri, ikut bergabung pula PKT, Pupuk Kujang, Petrokimia Gresik serta PT Rekayasa Industri. Masing-masing perusahaan ikut menyumbangkan dana untuk pembangunan sekolah.
Diungkapkan Syukri, pola pembangunan terbagi menjadi dua tahap yaitu pembangunan fisik gedung sekolah yang terdiri dari 6 ruangan kelas dan guru serta pembangunan sarana fasilitas gedung seperti pagar, lapangan olah raga, mushola serta ruang penjaga sekolah. Total pembangunan menelan biaya sebesar Rp1,571 miliar sedangkan pembangunannya dimulai sejak bulan April hingga Agustus 2009.
“Pembangunan tahap I sudah selesai. Bahkan gedung sekolah telah resmi digunakan untuk proses belajar mengajar siswa SMP. Serah terima sekolah dilakukan pada 26 November 2009 oleh BUMN pupuk kepada Bupati Aceh Utara. Mulai tahun 2010, kami berencana melaksanakan pembangunan tahap II dan ditargetkan rampung pertengahan tahun,” ujar Syukri bangga.
Bantu gempa
Selain di Aceh, PIM juga menunjukkan kepedulian dengan membantu korban gempa di daerah Tasikmalaya yang terjadi pada bulan September 2009. Bantuan yang diserahkan berupa 1000 tas sekolah dan buku tulis kepada murid-murid yang menjadi korban gempa tersebut. Bantuan diserahkan di lima lokasi yang menjadi korban gempa, diantaranya Tasikmalaya, Pengalengan, dan Cianjur. Di Tasikmalaya sendiri bantuan diserahkan ke sekolah SDN Sukamulya Kecamatan Sodonghilir, Tasikmalaya. Sebanyak 300 tas sekolah dan buku tulis diserahkan kepada pengurus sekolah setempat.
Jajang Iskandar, salah satu guru yang juga merupakan pengurus PGRI setempat, mengatakan sebanyak 250 orang lebih siswa menjadi korban gempa di daerah Sodonghilir. Gempa tersebut menyebabkan hancurnya gedung sekolah dan juga menyebabkan rusaknya berbagai fasilitas pendukung seperti buku-buku pelajaran. Murid-murid sekolah yang menjadi korban gempa juga kehilangan alat-alat tulis dan buku-buku pelajaran. Bantuan ini dirasakan sangat membantu dan diharapkan dapat meningkatkan kembali kemauan anak-anak murid yang menjadi korban setelah sebelumnya sempat kehilangan semangat karena gempa tersebut.
*Majalah BUMN Track Edisi Januari 2010
Rabu, 21 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar